A. Arti Nama
Karaton, Keraton atau Kraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang mempunyai arti tempat tinggal ratu/raja. Sedangkan arti Luas, yaitu bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang esensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).
Secara garis besar, wilayah Kraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke arah utara hingga berakhir di Tugu. Pada garis inilah terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan begitu pula sebaliknya sebagai proses kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa). Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan Raja sebagai lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani.
Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh dengan godaan wanita. Pasar Bringharjo, melambangkan godaan wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambang manusia yang dekat dengan sang Pencipta (Sankan Paraning Dumadi).
Secara sederhana, Tugu merupakan lambang Lingga, yang berarti laki-laki dan Krapyak sebagai Yoni, yang berarti oerempuan. Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
B. Makna Tata Ruang
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana Raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya.
Tatanan kraton sama seperti Kraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan tersebut terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga oleh abdi dalem agar tidak padam). Bangsal tersebut dilingkupi oleh plataran Kedhaton sehingga untuk mencapai pusat, haruslah melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan.
Tatanan spesial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan daratan Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.
Dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan, dan Alun-alun Selatan (plataran yang terlindung dengan dinding tinggi).
Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan, dan gading.
Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.
Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar